Masker Kata Maaf

Gua sudah dewasa, sudah banyak merasa, dan mendapat banyak informasi. Gua tau betapa rumitnya menjadi manusia, dan menjalani kehidupan sehari-hari bersama manusia rumit lainnya. Gua belajar kalau sebuah mimpi bisa dikalahkan oleh realitas. Gua belajar kalau hal umum yang terjadi dalam kehidupan manusia adalah kita semua sama-sama selalu mengecewakan. Sebaik apa pun kita berusaha, bisa tetap terlihat mengecewakan.

Untungnya generasi sekarang penuh dengan kemudahan untuk mendapatkan informasi. Sehingga kita bisa lebih memahami masalah kita setiap hari plus solusi yang tepat untuk menyelesaikannya. Tayangan Netflix sangat gencar memberikan edukasi tentang kehidupan jaman sekarang, khususnya untuk kehidupan anak muda.

Kita bisa menjadi apa pun yang kita mau.

Cuma sekali lagi, hal rumit akan terus terjadi. Dimulai dari pikiran kita sendiri, pertengkaran etika dan moral akan terus terjadi. Sesuatu yang baik dan benar akan kita rasakan setiap hari.

Gua melihat banyak orang yang tak pernah menyebut kata 'maaf', dan katanya orang ini sering disebut sosiopat. Orang-orang ini tak pernah menyesal terhadap semua hal yang sudah mereka lakukan. Meskipun hal itu menyakiti orang lain, akan selalu ada alasan yang menyatakan hal itu tetap benar untuk dilakukan.

Kata maaf juga bisa didefiniskan untuk orang-orang yang lemah. Maka dari itu banyak orang yang bukan sosiopat pun tidak ingin mengucapkan kata itu, karena akan mempengaruhi status sosialnya.

Satu lagi, kata maaf juga bisa dipergunakan untuk memanipulasi orang lain. Dalam beberapa situasi, dimana lingkungan sosial lebih menyukai mendengar kata maaf, maka orang yang lebih ingin mendapatkan hati di lingkungannya itu, akan mengucapkan kata tersebut.

Rumit kan? Inilah yang sedang gua pelajari belakangan ini. Satu kata yang punya banyak arti dilihat dari sudut pandang banyak orang. Orang mulai jarang melihat kata ini sebagai sesuatu yang tulus dirasakan oleh orang lain dikala mereka 'merasa' menyesal. Menyesal sudah membuat orang sedih, marah dan kecewa, meskipun orang tersebut tak ada 'salah' sama sekali. Maknanya mulai menghilang.

Tapi sekali lagi, kehidupan ini memang sungguh rumit. Karena memang ada orang yang sensitif, bisa banyak merasa, dan sama sekali tidak sensitif. Gua belajar kalau gua yang selalu menyebut kata maaf ini memang tak cocok dengan mereka yang tak suka 'merasa' apa pun, atau menganggap kata maaf itu hanya untuk orang lemah, dan suka memanipulasi arti dari kata ini di lingkungan sosialnya.

Gua belajar untuk menerima semua kerumitan ini, dan mencari hal-hal yang bisa ngebuat gua lebih nyaman. Dan tentu saja, jika gua menemukan orang yang menyepelekan makna kata maaf, lebih baik gua menjauhinya, atau hanya berbicara sekadarnya saja.

Gua terlalu banyak merasa. Mungkin karena gua selalu mendapatkan kebencian sejak kecil yang jarang berujung kata maaf, jadinya gua lebih sensitif sekarang. Jika ada teman gua yang sedang mengalami hal-hal yang buat mereka kecewa, otak gua seakan langsung cepat menganalisanya, dan sebisa mungkin memberikan kata-kata yang tepat untuk menemani kekecewaannya. Semua kata yang sudah gua pelajari dari film bagus langsung gua curahkan ke orang-orang tersebut.

Gua hanya ingin mereka tidak merasakan apa yang selama ini gua rasakan.

"Tidak didengarkan".

Semua kerumitan dalam hidup tentu akan selalu membuat kita gusar. Oleh karena itu, "didengarkan" adalah obat terbaik untuk menemani kerumitan hidup seseorang. Gua sudah cukup menerima penghakiman dari orang lain, dan definisi yang seenak jidat dari orang-orang yang tak mengenal gua. Dan gua berusaha untuk tidak berbuat seperti itu ke orang lain.


No comments

Ohh Getoo... Powered by Blogger.