Selamat Datang Tragedi


Apa itu tragedi? Perjalanan hidup gua begitu lancar hingga arah tulisan gua yang berawal dari imajinasi sampai berakhir menjadi kenyataan. Yup, hal yang nyata adalah tragedi. Cukup lama untuk gua mengakui hal itu. Sejak gua lahir gua seharusnya sudah tahu, tiap langkah yang gua ambil adalah sebuah tragedi. Perjalanan panjang menuju penderitaan yang baru.

Katanya, di Prancis mengakui hal itu. Mereka tak suka kisah cinta yang berakhir bahagia, melainkan tragedi. Seperti Film Amour yang berhasil memenangkan Oscar sebagai film bahasa asing terbaik. Berakhir dengan seorang suami yang membunuh istrinya yang sudah lama lumpuh, tak bisa bergerak dan berbicara. Kisah cinta dua orang lanjut usia ini mungkin tak banyak yang mengerti, karena ada kata "membunuh" di dalamnya. Tapi itu lah bentuk dari cinta (bagi yang mengerti saja). Namun tetap memiliki inti berakhir tragis.

Tapi itu lah yang harus kita terima. Selama ini gua selalu bertengkar dengan emosi gua sendiri. Gua merasa kalau gua benar-benar bisa hidup bahagia. Tapi makin gua memikirkan kebahagiaan itu, maka gua akan semakin terpuruk. Sekarang emosi gua sudah mulai stabil, dan gua belajar menerima setiap kenyataan buruk yang menimpa gua. Meski tetap gua harap tak ada hal buruk lainnya. Lelah juga hehe.

Ini lah yang tiba-tiba gua pikirkan pagi ini, sebelum matahari terbit dan ayam berkokok. Gua terbangun pada pukul 1 pagi sejak gua tiba-tiba tertidur dari pukul 9 malam kalau tak salah. Otak gua kembali berkelana ingin memikirkan sejenak tentang hidup gua dan bahkan hidup orang lain.

Ada hal menarik saat gua memikirkan orang lain, konteks apa saja yang pernah mereka bicarakan ke gua. Ternyata, gua menemukan banyak orang yang naif, yang gua sendiri juga pernah lalui dan berakhir saat kuliah. Tapi di usia mereka yang sama dengan gua, bahkan lebih dewasa, mereka masih memiliki sifat tersebut. Dalam hati gua begitu senang, sekaligus jengkel karena mereka tak bisa menerima kenyataan.

Gua sudah di titik dimana gua harus mengawali memandang orang lain dengan hal negatif. Dan tentu saja gua bukan orang yang suka menghakimi. Malah gua lebih sangat menerima hal yang buruk dari orang itu daripada gua harus bertemu dengan sosok oportunis dengan senyum palsunya. Menjijikkan. Saat gua menemui orang-orang seperti itu, gua cukup bertindak layaknya gua tidak berguna baginya, itu lebih dari cukup. Mereka yang oportunis tidak akan tersenyum bahkan ngobrol sama gua lagi.

Namun gua tetap mengerti cara orang untuk berhubungan dengan orang lain. Gua selalu membiarkan hal itu dan mengamati. Meski ada yang buat gua kesal, tapi gua sungguh suka terhadap studi tentang fenomena sosial, dimulai sejak gua kuliah jurusan ilmu komunikasi. Oleh sebab itu gua tahu kalau kita semua memang memiliki kisah tragis. Ada yang sesuai jika dilihat dari pandangan orang lain, ada juga yang sesuai dari pandangan diri kita sendiri.

Tentu saja dalam lubuk hati, kita masih menginginkan akhir yang bahagia. Gua pun sama. Tapi bagaimanapun juga, tangan gua harus menyambut sebuah tragedi. Karna jika gua tilik sejak kehidupan masa kecil gua, tragedi itu memang sudah ada dan melekat erat dalam hidup gua. Dulu memang gua menolaknya dengan keras, tapi kini gua menerima dengan lapang dada.

Selamat datang tragedi.

No comments

Ohh Getoo... Powered by Blogger.