Catatan 6 September 2020


Sudah Bulan September. Hal pertama yang ingin gua beritahu adalah kalau masalah gua di bulan kemarin ternyata sanggup gua atasi setelah gua menulis blog terakhir, jadinya hanya 3 hari. Gua merasa terbebani harus memberikan update di blog gua ini tentang kondisi stress atau depresi gua kala itu. Entah napa gua selalu merasa kalau blog gua ini bisa menjadi sebuah senjata untuk hancurin gua suatu saat nanti. Jadi gua harus bisa menjelaskan secara rinci mengenai hal-hal yang sudah terjadi.

Sebenarnya gua sangat benci saat terbeban seperti ini, dan merasa seperti yang barusan gua bilang. Di otak gua ada skenaria yang menyebutkan kalau mungkin saja suatu hari gua akan dibuat bersalah, dan bukti-buktinya adalah apa yang sudah gua katakan di blog ini. Tentu saja ini berdasarkan kasus masa lalu, saat gua dijadikan kambing hitam. Mungkin saja gua kebanyakan nonton film, tapi jika dilihat perihal kasus hukum yang terjadi di Indonesia, bahkan dunia, sepertinya gua memang harus berhati-hati. Mungkin saja suatu hari gua bakal disebut "gila" , "emosian" , dan semacamnya, hanya karena gua menulis hal-hal tersebut di blog gua ini.

Satu tujuan gua saat gua ingin menulis adalah, gua ingin blog ini sebagai pengingat gua di masa tua, tentang kejadian-kejadian dan apa saja yang sudah gua pikirkan sejak gua muda. Oleh karena itu gua ingin menuliskan hal-hal yang jujur tentang kehidupan gua.

Namun gua tau kalau dunia itu akan selalu rumit. Akan selalu ada pro dan kontra. Bisa saja tulisan gua ini dinilai seonggok sampah. Hanyalah seorang pria yang gak becus nulis, dan kerjanya curhat terus. Terlebih, suka mengasihani diri.

Yaa... saat gua lagi baik-baik aja soalnya gua males banget sih nulis. Hehehe....

Ah, lagian gua terlalu berpikiran positif. Seakan tulisan gua ini akan terkenal suatu hari nanti. Saat gua ngecek jumlah visitor tiap post gua yang terakhir, jumlahnya sangat kecil (malu kalau gua sebutin). Jadinya gua masih aman. Makin sedikit yang lihat, makin gua bebas mau nulis apa aja. Itu lah enaknya menjadi invisible. Orang tak ada yang peduli tentang kehidupan kita, baik itu hal yang positif hingga hal yang negatif. Yah, gua harus terima untuk tidak akan mendapatkan reward dari semua perbuatan positif gua, karena itu memang yang selalu gua alami. Harga untuk membayar orang-orang agar tidak memperdulikan semua hal negatif tentang gua.

Sebenarnya gua masih punya semangat dalam menulis. Tiap hari selalu ada saja momen yang ngebuat pikiran gua untuk menuju ke layar putih, dan mengotorinya. Dulu gua gagal untuk meningkatkan bidang menggambar (cita-cita gua dulu, dan ga pernah jelas sih). Lalu gua juga gagal untuk menjadi seorang aktor (hal yang selalu gua anggap passion, karena sungguh nikmat saat mendapatkan tepuk tangan penonton). Terakhir gua masih berusaha untuk menjadi seorang video blogger. Yang masih berlangsung dan bisa dibilang sukses adalah menulis. Semua itu bertujuan sama, yaitu mengekspresikan apa yang sedang gua rasakan.

Jujur, makin lama gua merasa makin terbebani oleh diri gua sendiri. Apa yang ada di dalam otak ini, sungguh ngebuat gua ingin segera lepas. Sama halnya saat gua ingin lepas dari kantor-kantor yang ngebuat gua gak nyaman. Tapi sayangnya memang gua ga akan pernah bisa resign dari tubuh gua sendiri.

Bohong sih. Sebenarnya bisa.

Oke, stop soal mentioning surat bunuh diri gua lagi. Entah selalu muncul hal tersebut dipikiran gua, dan selalu ingin gua tulis. Yang sebenarnya ingin gua tulis adalah kalau gua harus melakukan sesuatu selain pergi ke psikolog dan psikiater. Dan hari ini gua gak tau harus mengakhiri tulisan gua dengan apa. Karena catatan hari ini memang tak jelas arahannya. Padahal gua tau apa yang ingin gua tulis, tapi ujung2nya akan terlalu berantakan. Gini-gini gua juga tak ingin membingungkan pembaca.

Emangnya ada? Hahaha...

No comments

Ohh Getoo... Powered by Blogger.