Tubuh sebagai Sarang Penyakit

Gua lelah menghadapi semua penyakit. Hal yang paling gua inginkan sekarang adalah sekuritas. Rasanya ada banyak sekali gangguan saat menjadi manusia. Banyak hal yang menyerang kita baik dari luar dan dari dalam. Ancaman dari luar seperti Covid-19 masih menghantui kita hingga saat ini. Dan saat ancaman tersebut berasal dari dalam diri kita, gua, hal ini terasa makin menyakitkan.

Entah gua harus ngapain lagi menghadapi keadaan tangan kanan gua yang abnormal ini. Tiap hari terus terasa pegal, dan terkadang seperti mau mati rasa. Gua sangat takut. Padahal gua sudah bawa ke chiropractic, tapi gagal.

Kemudian gigi gua yang makin banyak bolong. Tadi pagi saja bekas tambalan gigi atas gua tiba-tiba copot sedikit. Gua jadi kaget dan terasa takut. Hal buruk apa lagi yang akan gua alami??

Lalu masalah rambut rontok. Gua memang sengaja buat rambut gua makin panjang, dan gua buat keriting. Tapi tiba-tiba gua mengalami kerontokan yang entah biasa atau tidak. Karena gua gak tau banyaknya kerontokan rambut gua saat masih pendek. Katanya rambut gua harus ditreatment lebih karena bahan kimia hasil kriting rambut memang sangat kuat.

Duit lagi....

Belum masalah depresi gua yang terus menghancurkan kualitas hidup gua tiap hari. Buat gua makin suka tidur dan dengan mudah merobohkan semua hal yang sudah gua bangun.

Dan terakhir, gua baru tau kalau gua adalah salah satu penderita sindrom tourette. Sejak kecil gua sudah mengalami hal ini, dan masih menyisakan beberapa gerakan 'tic' di usia sekarang. Gua selalu kira kalau gua hanya mengalami pegal otot, atau memiliki kebiasaan buruk. 

Tapi nyatanya tubuh gua ini tercipta berbeda dari keadaan manusia normal.

Gua sadar kalau duit yang sedang gua cari ini adalah untuk gua berobat. Saat ke chiropractic saja gua bisa menghabiskan uang Rp 3.500.000. Dan gua tau mahalnya ke dokter gigi itu. Psikolog pun harganya sungguh mahal tiap jam-nya. Belum saat ingin beli obat dari Psikiater. 

Dan tiba-tiba kemarin gua merasakan ada benjolan kecil di depan telingan kanan gua. Awalnya gua kira bekas gigitan nyamuk, tapi sampai sekarang nyatanya masih ada, jadi gua merasa takut (lagi). Gua pun sudah mencari tahu hal ini di google, yang katanya bisa berupa pembengkakan kelenjar getah bening hingga tumor jinak. Dengarnya aja udah buat gua ngeri bukan main.

Gua udah kasih tau Nyokap gua dan teman-teman terdekat gua, kalau gua mati lebih baik mayat gua dikremasi saja. Abunya dibuang ke laut. Karena gua berasa tidak penting banget dikubur segala. Gua bukan siapa-siapa. Dan jangan sampai saat gua mati pun, gua masih merepotkan orang sekitar gua untuk bayar tanah kuburan.

Mungkin sekarang gua harus cari tau harga kremasi mayat dan biaya rumah duka. Bener!

Gua juga gak peduli gua harus disembahyangin pakai cara apa, karena gua sudah mengorbitkan semua ritual agama. Tentu gua masih percaya akan kehadiran Tuhan, kejadian supranatural, tapi gua gak mau lagi memperdebatkan sebuah kepercayaan lagi. Sudah terlalu banyak agama yang menjadi bahan olok-olok. Kalau bisa saat gua mati, langsung aja deh dikremasi.

Semua tetaplah yang terpenting adalah duit. Gua bukan sedang berbicara mengenai passion dan pekerjaan, tapi duit untuk menyembuhkan satu persatu penyakit gua yang tak terduga ini.

Saat menulis ini pun kepala gua terlihat miring sedikit saat gua tiba-tiba melihat kaca depan. Tulang leher gua memang ada masalah sejak kecil.

Katanya kita harus berteman dengan tubuh kita. Ya itu memang benar. Berteman dengan semua penyakit ini sama halnya sedang menemani musuh-musuh kita yang sangat kita benci. Tapi tetap saja, akan selalu muncul titik dimana kita akan sangat lelah untuk menemani/bertempur dengannya.

No comments

Ohh Getoo... Powered by Blogger.