Bukan Narkolepsi, tapi Depresi!


Kemarin salah seorang teman gua sempat bertanya, apakah gua pernah punya kantung mata yang hitam, jawaban gua tentu saja tidak. Beda dengan teman gua itu, bawah matanya terkadang gua lihat gelap, ia pun mengakui kalau ia kurang tidur. Sedangkan gua, kantung mata ini selalu sehat walafiat, sebab gua selalu tidur. Kalau tak salah sejak gua SMA, gua lebih sering manfaatin waktu untuk tidur di kelas ketimbang belajar. Hingga sekarang, gua masih suka tidur, bahkan kopi sudah tak bisa menyelamatkan gua.

Dulu gua pernah nanya alodokter, gua juga sempat nulis disini, gua didiagnosa by chatting terkena narkolepsi. Namun hal ini langsung terbantahkan sejak gua ke psikiater. Gua malah dikasih obat anti depresan. Dokter ini gak kasih tau lebih detail, ia hanya kasih resep obat tersebut. Gua pun jadi bingung. Tapi lama kelamaan gua sadar kalau ini benar-benar sebuah gejala depresi. Gua ternyata sudah lama menderita penyakit ini.

Tentu saja pengalaman pahit, perusak mental, di masa lalu berhasil menciptakan gua yang seperti sekarang. Semua puzzle sudah lengkap, gejala-gejala yang selalu gua sebut 'malas' ternyata bukan! Gua punya kualitas hidup yang tak bagus. Gua selalu tau apa yang ingin gua lakukan sejak kuliah, apa yang ingin gua capai dan kerjakan tiap hari. Gua pun secara tak sadar mengasah semua kemampuan untuk meraih apa yang gua inginkan. Kebanyakan di depan laptop, gua belajar photoshop, premiere, after effect, final cut pro, bukan sebagai ekspert, tapi sebagai orang yang cuma ingin belajar teknisnya saja. Sedangkan untuk menulis, gua sudah pelajari ini sejak kecil, jadi untungnya gua selalu menemukan kata-kata saat menulis.

Hey buddy! Gua depresi, bukan narkolepsi! Hahaha....

Tentu gua pernah merasakan ingin bunuh diri, sering kali. Skenario kematian sudah gua siapkan di dalam otak di kala semua masalah sudah tak bisa gua kendalikan. Hal ini sudah menjadi hal yang biasa untuk gua. Untungnya gua masih punya treatment yang cocok untuk mendistraksi pikiran negatif di kepala gua, yaitu film. Terkadang berhasil, kadang juga kagak. Yang penting gua masih hidup sampai sekarang.

Thanks Indonesia, yang sudah membuat pikiran mayoritas orang kalau psikolog dan psikiater adalah untuk orang gila. Padahal di luar negeri, anak kecil pun sudah ke psikolog untuk mendefinisikan sifat bukan untuk kasih tau kalau anaknya gila. Seharusnya penyakit gua ini sudah di treatment sejak kecil.

Dan sekarang sudah 3 bulan lebih gua tidak menulis apa pun di dalam blog gua. Selama karantina karena Covid 19, gua juga mengarantinakan blog gua sendiri. Waduh, depresi terus menerjang gua semasa karantina kemarin. Hingga akhirnya gua dapat hadiah terburuk di ulang tahun gua yang ke-28 (sedihnya. Bentar lagi kepala 3). Gua menghancurkan salah satu pekerjaan gua lagi. Baru tadi sore gua dapatkan info yang buat gua bingung harus berkata apa.

Gua masih menjadi seorang freelancer, seperti Mavis Gary di Film Young Adult. Yup, tadi gua nonton film ini lagi, dan gua ngerti banget sekarang kalau karakter tersebut mengalami depresi, dan bekerja sebagai freelancer sama seperti gua. Sebagai pekerja seni, memang lebih baik bekerja sendiri saja, apalagi kalau orang tersebut adalah introvert. Gua pun sudah hampir 1 tahun menjadi freelancer. 

Nice!

Sebenarnya gua rada takut menulis tentang diri gua lagi di blog ini, tapi gua harus. Karena gua selalu berusaha untuk jujur. Dan ya, gua selalu tahu apa yang harus gua lakukan di pekerjaan gua, tapi konsentrasi gua selalu hancur berantakan. Namun, masa-masa menemukan jati diri seharusnya sudah selesai, gua sudah menyelesaikannya dengan baik. Sekarang adalah proses perbaikan, atau improvement. Gua harus berusaha menaikan kualitas hidup gua lagi.

Ngomong-ngomong. Yup, usia gua sudah 28 tahun di Bulan kemarin. Sebelum naik, gua sudah membuat 4 video youtube. Gua rasa goal itu sudah tercapai, sekarang gua harus melestarikannya. Karena bisa jadi ini adalah jalan keluar gua untuk bisa mencapai financial freedom. Gua mau bekerja keras di bidang ini.

Baiklah, waktu gua makin terbatas. Gua selalu merasa hidup akan lebih sulit di usia kepala 3. Jadi gua sudah harus menemukan apa yang akan seterusnya gua lakukan di umur ke-28 ini. Dan dalam realitas gua, gua memang harus melawan diri gua sendiri, karena depresi ini mampu membunuh gua pelan-pelan.

No comments

Ohh Getoo... Powered by Blogger.