Kasus Anas Nazar dan Model Komunikasi Interpersonalnya
Indonesia adalah salah satu dari
negara-negara yang sedang berkembang di dunia ini. Sejak kemerdekaan Indonesia
pada tahun 1945, dimulailah suatu proses pembentukan kebudayaan-kebudayaan yang
semakin lama semakin modern oleh sebab untuk dapat beradaptasi dengan
negara-negara luar atau khususnya yang sudah maju seperti Amerika Serikat,
India, dan Inggris.
Namun, walau memang sampai sekarang
itu negara kita masih sedang beradaptasi dengan negara luar. Seperti
beradaptasi dalam bidang teknologi, bisnis, politik dan lain-lain. Tapi
sayangnya, negara kita juga beradaptasi atau ikut-ikutan dalam bidang “korupsi”.
Yang akhirnya menjadi kebudayaan yang melekat hingga sekarang. Bahkan sampai
urutan ke-5 berhasil Indonesia raih sebagai negara terkorup sedunia berdasarkan
hasil dari survey yang dilakukan Badan Independen dari 146 negara.
Sekarang jika kita lihat di dalam
berita-berita Hard News baik di koran maupun di televisi, kita pasti akan
melihat sudah ada banyak kasus korupsi yang dilakukan oleh para pemerintah
khususnya. Yang seharusnya itu bekerja sebagai wakil negara yang baik, tapi
malah menjadi tergiur sekali akan yang namanya “uang”. Seperti pada kasus yang
sudah sangat heboh dan fenomenal di pertengahan bulan kemarin, yaitu berupa skandal korupsi pembangunan wisma atlet Sea
Games yang dilakukan oleh Nazaruddin.
Mantan
bendahara dari Partai Demokrat ini pun memiliki kisah yang cukup lucu. Ia
sampai bilang kalau dirinya itu sedang sakit, bahkan pada tanggal 23 Mei-ia
sempat pergi ke Singapura untuk melakukan pengobatan pada saat KPK sedang
memanggilnya. Hingga ternyata ia menjadi kriminal yang sedang kabur, yang
akhirnya tertangkap juga di Cartagena, Kolombia.
Pada
saat proses penangkapan ini, terjadilah suatu hal yang cukup menarik. Nazaruddin
sempat memberikan banyak statement yang bisa menyerang serta menjatuhkan para
koleganya. Dan salah satunya yang paling sering di sorot oleh media adalah Anas
Urbaningrum, selaku Ketua Umum DPP Partai Demokrat. Berdasarkan Kompas.com
(19/07), Nazaruddin sempat berkata kalau Anas ini adalah otak besar dari kasus
tersebut.
Pada
Bulan Juli kemarin, banyak sekali pertempuran kata-kata yang dilakukan oleh
Anas dan Nazaruddin lewat media. Keduanya saling menyerang dan tidak ada yang
mau mengalah. Padahal menurut Tribun News.com (08/08), mereka berdua ini adalah
dulunya sepasang sahabat yang sangat akrab. Mereka berdua juga masuk ke Partai
Demokrat secara bersama-sama. Tapi apadaya, oleh karena uang yang sudah
menguasai hidup mereka, mereka pun menjadi jatuh ke dalam lubang yang dalam
sekali.
Keterlibatan
Anas Urbaningrum dalam kasus korupsi yang dibeberkan secara blak-blakan oleh
Nazaruddin ini sudah membuat beberapa misteri baru. Apakah karena saking
bobroknya hukum dan politik di Indonesia, bahkan sampai Ketua Umum DPP Partai
Demokrat ini bisa melakukan korupsi? Namun apakah benar atau tidaknya Anas ini
melakukan korupsi masih bisa dibilang belum bisa dibuktikan. Tapi kalau dilihat
dari banyak kasus korupsi yang dulu-dulu, ada kemungkinan besar kalau Anas ini
memang melakukan tindakan kriminal tersebut.
Berdasarkan
Metrotvnews.com (19/9), Nazaruddin menyebut adanya peran dan keterlibatan Ketua Umum Partai
Demokrat, Anas Urbaningrum, dalam proyek pengadaan Pembangkit Listrik Tenaga
Surya di Kemenakertrans, senilai Rp8,9 miliar.
Pernyataan tersebut dikeluarkan Nazaruddin,
usai menjalani pemeriksaan selama hampir 10 jam di Gedung KPK. Nazaruddin
diperiksa sebagai saksi, atas tersangka yang juga istrinya, Neneng Sri Wahyuni.
Berdasarkan
Kompas.com (19/7), Ia juga mengungkapkan, ada aliran uang kepada
Anas. Puluhan miliar, kata Nazaruddin, digelontorkan untuk pemenangan Anas
dalam Kongres Pemilihan Ketua Umum DPP Demokrat tahun 2010.
"Dari proyek Ambalang, untuk pemenangan Anas
Rp 50 miliar. (Uang) dibawa dengan mobil boks yang dibawa Ibu Yuliani, dan Ibu
Yuliani sekarang dilindungi Anas," katanya.
Selain itu, kata Nazaruddin, ada pula uang
sebesar Rp 35 miliar yang digunakan untuk pemenangan Anas. "Semua tahu,
uangnya dari proyek mana, dari siapa ngambil-nya,"
ujar Nazaruddin.
Dari
hal ini dapat kita lihat kalau sepasang sahabat itu memang bisa kembali menjadi
tidak akrab atau menjadi musuh yang luar biasa (Depenetrasi). Pola hubungan
mereka yang dulunya itu komplementer pun akhirnya bisa menjadi simetris oleh
karena kepercayaan yang sudah dibangun lama sekali itu malah dihancurkan dengan
saling menyebarkan aib.
Di dalam
proses yang mempengaruhi hubungan interpersonal, dapat kita lihat kalau
persahabatan Anas dan Nazar ini memang akan berakhir dikarenakan oleh tidak
adanya:
1. Percaya (menerima, empati,
jujur).
2. Sikap Suportif
3. Terbuka
Awal
persahabatan mereka berdua ini bisa dibilang disebabkan oleh ketiga hal yang
ada di atas. Jika seandainya saja ketiga sikap ini dapat kembali mereka
tunjukkan secara pribadi (bukan untuk dilihat oleh media), seperti dengan
saling meminta maaf, menerima kesalahan masing-masing pihak, sama-sama saling
mendukung, sudah pastilah mereka akan kembali bersahabat. Soalnya, pengaruh
ketiga hal tersebut sangatlah besar untuk membentuk hubungan sesama manusia.
Di dalam
Model Pertukaran Sosial pun dapat dikaitkan dengan kasus kedua koruptor yang
hebat-hebat ini.
Model ini
mengatakan kalau suatu hubungan interpersonal itu bersifat saling tergantung.
Sehingga jika ada seseorang yang berbuat baik kepada orang lain, maka orang
lain tersebut juga akan berbuat baik pada orang itu (reward). Begitu pun
sebaliknya jika ada seseorang yang berbuat jahat kepada orang lain (cost).
Anas dan
Nazar itu awalnya sudah melakukan banyak reward sehingga perkembangan
relationship mereka pun makin membaik. Tapi setelah kasus suap Wisma Atlet SEA
GAMES terungkap, ternyata persentase mereka melakukan "Cost" itu
lebih tinggi sehingga hubungan mereka menjadi putus begitu saja penuh amarah
dan dengki.
Dari
kasus ini cukuplah membuktikan kalau Politik dan Hukum di Negara kita tercinta
ini memang sudah sangat lemah. Para pejabat yang berpendidikan bisa dibilang
sudah menjadi contoh yang sungguh buruk untuk generasi penerus mendatang. Jika
terus budaya korupsi ini dilakukan, maka negara ini dijamin akan juga terus
menjadi negara berkembang sampai berpuluh-puluh tahun mendatang atau mungkin
malah bisa semakin menurun. Oleh karena proses pembangunan negara yang sedikit
sekali dilakukan atau terhambat. Dan angka kemiskinan yang terus meningkat
karena uang rakyat yang sudah dimakan oleh para pejabat tersebut.
Seharusnya
mereka itu sadar kalau sudah melakukan yang namanya kejahatan. Seharusnya juga
Presiden kita, Susilo Bambang Yudhoyono, tegas dalam menyelesaikan kasus
korupsi yang sudah meresahkan publik. Tak mungkin kan Presiden kita itu menjadi
kurang tegas karena ia juga melakukan tindakan tersebut, soalnya juga pernah
SBY dituduh melakukan korupsi berdasarkan situs Wikileaks.
Yang
pasti, kali ini memang tugas-tugas para penerus pemimpin Indonesia lah yang
harus siap mental jika nanti mereka akhirnya terpilih menjadi anggota
pemerintah. Mereka harus siap untuk benar-benar membangun negaranya menjadi negara
yang mampu mengejar ketinggalan dari negara-negara maju. Mereka juga harus “nyata” dalam beriman dan bertaqwa dalam Tuhan YME.
***
No comments