jurnalis
nothing but the truth
prinsip
Film Nothing But The Truth dan Tentang Seorang Jurnalis
Gua sangat puas sehabis menonton film ini. Walaupun film ini sepertinya dikhususkan untuk orang-orang yang suka sekali menelan banyak dialog seperti meminum segelas air. Tapi tetaplah membuat gua menjadi tambah berpengharapan. Rasanya seperti melihat masa depan gua sehabis lulus kuliah nanti. Apakah gua akan menjadi seorang jurnalis yang dapat dipercaya? Ataukah tidak? Pertanyaan ini sangatlah penting untuk gua sekarang. Karena gua masih kebayang akan kehidupan masa lalu, yang dimana gua pernah menjadi cowok yang ember. Sehingga sekarang saja masih ada teman-teman gua yang masih belum mempercayai gua. Tapi biarlah... gua sudah bisa jaga rahasia sekarang. Proses kehidupan gua untuk mendapatkan nilai "bisa dipercaya" sudah gua lewati. Gua tidak mau lagi terintimidasi oleh mereka. Gua akan menjadi seorang jurnalis muda yang berprinsip seperti Rachel Armstrong nantinya!! Hahai....
Sebenarnya hari ini pas sekali. Dari pagi sampai sore, gua selalu bertemu dengan kata "jurnalis". Di kampus saja tadi lagi Ujian Akhir Semester "Pengantar Jurnalistik". Yang ribetnya bukan main. Walaupun open book, tapi untuk menganalisis suatu berita, memang harus dipelajari dahulu dengan lebih mantap dari jauh-jauh hari. Harus dipraktekan dulu dengan membeli koran, dan bereksperimen lewat artikel-artikelnya mengacu pada semua konsep yang ada dari semua yang pernah diajarkan oleh Dosen Pengantar Jurnalistik gua.
Wuihh... malam ini pun gua berhasil melaksanakan satu hal yang harus dimiliki oleh seorang jurnalis. Yaitu mengikuti sebuah argumen dari dosen gua ini. “penulis harus lebih banyak membaca dibanding orang lain (untuk menambah bobot tulisan) dan lebih sedikit tidur dibanding orang lain (demi meluangkan waktu lebih untuk menulis dan menulis)” Rasanya udah ngantuk banget cuy!!
Thanks my Lecture, "Siti Meisyaroh"
Thanks all....
Good Night....
Gbu
No comments