Tentang Film The Brutalist (2024)

The Brutalist akhirnya muncul juga di MAX, pusatnya para film dan serial yang sering dapat award, khususnya dari HBO. Dan terlepas dari kontroversinya tentang penggunaan AI di salah satu adegan singkatnya, film dengan durasi 3 jam lebih ini nyatanya tetap buat saya melek dan tertarik untuk menontonnya sampai habis.


Berkisah tentang Laszlo Toth (Adrien Brody), seorang Pria Yahudi asal Hongaria, yang sedang kabur karena masa kelam holocaust di saat itu. Ia pun berhasil menginjakkan kaki di US, dan menetap di Philadelphia bersama dengan saudaranya yang sudah lama tinggal disana.

Laszlo ini bukan pria biasa, ia adalah seorang arsitek terkenal di negaranya dulu, bahkan saudaranya menyebut ia sebagai "Maestro", karena karya-karyanya sangat indah dan terkenal. Berhubung saudaranya ini memiliki bisnis furniture, Laszlo turut membantunya.


Dimulai secara perlahan, kita akan mengenal terlebih dahulu atmosfer yang sedang dibangun film ini. Pengenalan tokohnya yang lebih mendalam, lewat trauma yang dirasakan Laszlo, ditambah kejadian-kejadian buruk yang tak ia sangka ada di negara yang harusnya buat ia merasa bebas. Hingga akhirnya ia bertemu dengan Harrison Lee Van Buren (Guy Pearce), seorang saudagar kaya, yang akan mengubah hidupnya entah jadi makin hebat atau malah jadi makin sakit.


Konflik yang terjadi naik turun disini, kita akan lihat momen keberuntungan dan kesialan yang akan dirasakan Laszlo. Hal yang paling beruntung adalah, ia dipercaya oleh Van Buren untuk mengerjakan project ambisius, sebuah gedung besar yang katanya disebut untuk pusat berkumpulnya masyarakat. Kita akan dibuat jatuh cinta dan mungkin akan merasa sedih di tiap desain arsitek yang dibuat oleh Laszlo, sebab karyanya ini adalah campuran dari traumanya saat melewati masa Holocoust. Sedangkan masa-masa sialnya, ia akan diperlakukan tak lazim saat menjalani project ini, apalagi ia juga punya kecanduan terhadap narkoba kala itu. Laszlo tetaplah jadi manusia yang terus terombang-ambing di negara jauh nan asing.

Film yang mendapatkan 10 nominasi Oscar, dan menang 3 kategori ini, yaitu Best Cinematography, Best Original Score, dan tentu saja Best Actor, bisa disebut sebagai film ambisius dari A24, dengan budget minim, yaitu 9,6 juta dollar, hingga sutradaranya sendiri, Brady Corbet, tak mendapatkan bayaran sepeserpun. Hal ini sendiri memunculkan banyak persepsi pro-con dari para filmaker.


Ditulis juga oleh Brady Corbet dan Mona Fastvold, film ini merupakan salah satu karya masterpiece di tahun 2024 kemarin. Harusnya bisa menang Oscar kategori Best Picture, tapi mungkin batal karena kontroversi penggunaan AI tersebut. Padahal para pemerannya sudah sangat keren, belum lagi kehadiran dari Felicity Jones yang jadi istri Laszlo, ia bersama Guy Pearce yang dua-duanya juga mendapatkan nominasi sebagai pemeran pembantu terbaik, tampil sempurna, khususnya untuk mendukung sang pemeran utama, yang kedua kalinya berperan jadi orang penuh kesialan (sebelumnya The Pianist), yakni Adrien Brody.

No comments

Ohh Getoo... Powered by Blogger.